Selasa, 13 Agustus 2013



 Jalan Riil Redam Inflasi
Oleh Bapak Raditya Sukmana
(momyadit@gmail.com)


Ketua Prodi Magister Sains Ekonomi Islam Unair
PhD dari International Islamic University Malaysia
Master dari Georgia State University, AS


“Kebijakan moneter bukanlah satu-satunya obat mujarab.” Demikian kata Junianto Herdiawan (Jawa Pos, 16/7). Ekonom Bank Indonesia Jawa Timur itu melanjutkan, koordinasi dengan fiskal akan menjadi kunci penting untuk menghadapi tantangan ke depan.
Beberapa tahun terakhir ini perekonomian kita memang sedang memikat. Perolehan predikat investment grade pada 2011 menjadikan banyak investor luar negri tertarik ke Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen tentu sangat tinggi, mengingat ekonomi Eropa sedang turun-turunnya. Karena itu, tidak sedikit investor Eropa yang mengalihkan investasi ke Negara yang kaya akan sumber daya alam ini.
Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi adalah selisih antara transaksi ekonomi dalam tahun ini disbanding tahun sebelumnya (dalam presentase). Dalam sisi mikro, transaksi ekonomi yang bertambah sama halnya dengan penjual yang berhasil menjual lebih banyak, sehingga pendapatan bertambah. Karena itu, ketika pertumbuhan ekonomi positif, setiap penjual semakin kaya.
Teori ekonomi menyatakan, pendapatan mempengaruhi konsumsi. Bila pendapatan naik, konsumsi/permintaan barang naik. Khusus Ramadhan, permintaan barang relatif lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya. Salah satunya terjadi karena memang jiwa sosial atau hasrat untuk menyenangkan muslim lainnya relatif tinggi, termasuk lewat sedekah dan infak.
Jika kenaikan permintaan barang tersebut bersifat massif, permintaan total (aggregate demand/ AD) akan naik. Bila suplai barang tetap dan AD cukup tinggi, harga bakal naik. Terjadilah demand pull inflation, kenaikan harga karena kenaikan permintaan.
Selain demand pull inflation, kenaikan harga saat ini disebabkan cost push inflation, yaitu biaya yang tinggi. Hampir semua terkena dampak kenaikan harga BBM. Contohnya, anak kos-kosan yang punya sepeda. Dia memang tidak membeli BBM. Tetapi, ketika dia membeli makanan, harga makanan juga naik. Sebab, penjual makanan membeli bahan-bahan makanan di pasar dengan kerdaraan bermotor.
Di Indonesia, inflasi dikendalikan Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan BI rate yang biasanya diikuti kenaikan bunga oleh perbankan. BI rate pada 11 juli 2013 naik 50 basis poin menjadi 6,5 persen. Tentu saja harapan dari kenaikan itu adalah masyarakat akan mengurangi permintaan dan cenderung menabung.
Tidak adalah jalan lain meredam inflasi? Ahli ekonomi Islam terkemuka dari Islamic Development Bank, Umar Chapra, sangat concern terhadap stabilitas harga. Dalam bukunya Towards A Just Monetery System (1985), beliau memandang, stabilitas harga adalah sesuatu yang harus mendapat perhatian lebih negara.
Ekonomi Islam adalah ekonomi sektor riil. Sektor keuangan menjadi pendukung sektor riil. Sektor keuangan tidak boleh bergerak lebih cepat dibanding sektor riil. Perekonomian drastis ekonomi Amerika karena instrumen derivatif yang mengakibatkan sektor keuangan bergerak sangat cepat menjauhi sektor riil.
Dalam ekonomi Islam, menurut ekonom senior itu, penyelesaian inflasi harus melalu root cause, pada akar permasalahan mengapa inflasi terjadi. Bukan inflasi terjadi kemudian baru dicarikan penyelesaiannya.
Kenaikan harga karena kenaikan permintaan itu disebabkan tidak mencukupinya suplai. Artinya, suplai tidak disiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi lonjakan permintaan yang tinggi. Contohnya, setiap Ramadhan, permintaan daging naik. Karena suplainya kurang, harga naik. Karena itu, produksinya harus dimulai jauh-jauh hari sebelum Ramadhan.
Pada bulan-bulan Ramadhan masa mendatang, kita akan mempunyai pola yang sama. Yaitu, harga-harga bakal naik. Agar itu tidak terjadi, mulai sekarang kita harus membuat program berternak daging supaya suplai pada masa-masa Ramadhan mendatang melimpah.
Kita tahu, misalnya umur sapi relative cukup untuk disembelih adalah sekitar tiga tahun. Karena itu, perternakan sapi mulai sekarang untuk kebutuhan daging sapi pada Ramadhan tiga tahun mendatang. Umur kambing siap potong adalah dua tahun. Dengan demikian, persiapan berternak kambing dimulai sekarang untuk kebutuhan dua tahun mendatang.
Pengadaan ternak haruslah bias memenuhi kenaikan kebutuhan akan daging ternak pada masa-masa mendatang. Hal itulah yang harus menjadi perhatian pemerintah melalui berbagai kebijakan untuk mendukung program tersebut. Pemerintah bias saja menggandeng LIPI maupun universitas-universitas yang mempunyai fakultas-fakultas yang terkait.
Contoh terkait dengan akar permasalahan inflasi karena kenaikan BBM. Solusi menurut ekonomi Islam bukanlah dengan bantuan langsung tunai, tetapi mencari alternatif lain BBM. Karena itu, upaya yang digalakkan Mentri BUMN Dahlan Iskan untuk menggunakan energi listrik sebagai pengganti BBM harus diapresiasi.
Suku bunga yang dinaikkan bank sentral untuk mengurangi inflasi bukanlah solusi dalam ekonomi Islam kerena memang suku bunga interest tetap dianggap riba. Menaikkan atau menrunkan suku bunga dalam mengatur inflasi lebih bersifat reaktif. Ekonomi yang wajar menekankan pengaturan suplai barang jauh-jauh hari. Aneh, kenapa kita harus terbelit persoalan yang sama terus menerus?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca. Jika ada masukan silahkan beri komentar :)

Sekali lagi Terimakasih