Jalan Riil Redam Inflasi
Oleh Bapak Raditya Sukmana
(momyadit@gmail.com)
Ketua Prodi Magister Sains Ekonomi Islam Unair
PhD dari International Islamic University Malaysia
Master dari Georgia State University, AS
“Kebijakan
moneter bukanlah satu-satunya obat mujarab.” Demikian kata Junianto Herdiawan (Jawa Pos, 16/7). Ekonom Bank Indonesia
Jawa Timur itu melanjutkan, koordinasi dengan fiskal akan menjadi kunci penting
untuk menghadapi tantangan ke depan.
Beberapa tahun
terakhir ini perekonomian kita memang sedang memikat. Perolehan predikat investment grade pada 2011 menjadikan
banyak investor luar negri tertarik ke Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sekitar 6
persen tentu sangat tinggi, mengingat ekonomi Eropa sedang turun-turunnya.
Karena itu, tidak sedikit investor Eropa yang mengalihkan investasi ke Negara yang
kaya akan sumber daya alam ini.
Secara
sederhana, pertumbuhan ekonomi adalah selisih antara transaksi ekonomi dalam tahun
ini disbanding tahun sebelumnya (dalam presentase). Dalam sisi mikro, transaksi
ekonomi yang bertambah sama halnya dengan penjual yang berhasil menjual lebih
banyak, sehingga pendapatan bertambah. Karena itu, ketika pertumbuhan ekonomi
positif, setiap penjual semakin kaya.
Teori ekonomi
menyatakan, pendapatan mempengaruhi konsumsi. Bila pendapatan naik,
konsumsi/permintaan barang naik. Khusus Ramadhan, permintaan barang relatif
lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya. Salah satunya terjadi karena
memang jiwa sosial atau hasrat untuk menyenangkan muslim lainnya relatif tinggi,
termasuk lewat sedekah dan infak.
Jika kenaikan
permintaan barang tersebut bersifat massif, permintaan total (aggregate demand/ AD) akan naik. Bila
suplai barang tetap dan AD cukup tinggi, harga bakal naik. Terjadilah demand pull inflation, kenaikan harga
karena kenaikan permintaan.
Selain demand pull inflation, kenaikan harga
saat ini disebabkan cost push inflation, yaitu
biaya yang tinggi. Hampir semua terkena dampak kenaikan harga BBM. Contohnya,
anak kos-kosan yang punya sepeda. Dia memang tidak membeli BBM. Tetapi, ketika
dia membeli makanan, harga makanan juga naik. Sebab, penjual makanan membeli
bahan-bahan makanan di pasar dengan kerdaraan bermotor.
Di Indonesia,
inflasi dikendalikan Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan BI rate yang biasanya
diikuti kenaikan bunga oleh perbankan. BI rate pada 11 juli 2013 naik 50 basis
poin menjadi 6,5 persen. Tentu saja harapan dari kenaikan itu adalah masyarakat
akan mengurangi permintaan dan cenderung menabung.
Tidak adalah
jalan lain meredam inflasi? Ahli ekonomi Islam terkemuka dari Islamic
Development Bank, Umar Chapra, sangat concern
terhadap stabilitas harga. Dalam bukunya Towards
A Just Monetery System (1985), beliau memandang, stabilitas harga adalah
sesuatu yang harus mendapat perhatian lebih negara.
Ekonomi Islam
adalah ekonomi sektor riil. Sektor keuangan menjadi pendukung sektor riil.
Sektor keuangan tidak boleh bergerak lebih cepat dibanding sektor riil.
Perekonomian drastis ekonomi Amerika karena instrumen derivatif yang
mengakibatkan sektor keuangan bergerak sangat cepat menjauhi sektor riil.
Dalam ekonomi
Islam, menurut ekonom senior itu, penyelesaian inflasi harus melalu root cause, pada akar permasalahan
mengapa inflasi terjadi. Bukan inflasi terjadi kemudian baru dicarikan
penyelesaiannya.
Kenaikan harga
karena kenaikan permintaan itu disebabkan tidak mencukupinya suplai. Artinya,
suplai tidak disiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi lonjakan permintaan yang
tinggi. Contohnya, setiap Ramadhan, permintaan daging naik. Karena suplainya
kurang, harga naik. Karena itu, produksinya harus dimulai jauh-jauh hari
sebelum Ramadhan.
Pada bulan-bulan
Ramadhan masa mendatang, kita akan mempunyai pola yang sama. Yaitu, harga-harga
bakal naik. Agar itu tidak terjadi, mulai sekarang kita harus membuat program
berternak daging supaya suplai pada masa-masa Ramadhan mendatang melimpah.
Kita tahu,
misalnya umur sapi relative cukup untuk disembelih adalah sekitar tiga tahun.
Karena itu, perternakan sapi mulai sekarang untuk kebutuhan daging sapi pada
Ramadhan tiga tahun mendatang. Umur kambing siap potong adalah dua tahun.
Dengan demikian, persiapan berternak kambing dimulai sekarang untuk kebutuhan
dua tahun mendatang.
Pengadaan ternak
haruslah bias memenuhi kenaikan kebutuhan akan daging ternak pada masa-masa
mendatang. Hal itulah yang harus menjadi perhatian pemerintah melalui berbagai
kebijakan untuk mendukung program tersebut. Pemerintah bias saja menggandeng
LIPI maupun universitas-universitas yang mempunyai fakultas-fakultas yang
terkait.
Contoh terkait
dengan akar permasalahan inflasi karena kenaikan BBM. Solusi menurut ekonomi
Islam bukanlah dengan bantuan langsung tunai, tetapi mencari alternatif lain
BBM. Karena itu, upaya yang digalakkan Mentri BUMN Dahlan Iskan untuk
menggunakan energi listrik sebagai pengganti BBM harus diapresiasi.
Suku bunga yang
dinaikkan bank sentral untuk mengurangi inflasi bukanlah solusi dalam ekonomi
Islam kerena memang suku bunga interest tetap
dianggap riba. Menaikkan atau menrunkan suku bunga dalam mengatur inflasi lebih
bersifat reaktif. Ekonomi yang wajar menekankan pengaturan suplai barang
jauh-jauh hari. Aneh, kenapa kita harus terbelit persoalan yang sama terus
menerus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca. Jika ada masukan silahkan beri komentar :)
Sekali lagi Terimakasih